• Bahasa

Satgas Stunting Garut Bersama Yayasan Cipta dan Tanoto Foundation Gelar Lokakarya Pencegahan Stunting di Kabupaten Garut

25 Mar 2021 Hanapi 1134

GARUT, Tarogong Kaler – Yayasan Cipta berkolaborasi dengan Tanoto Foundation yang bekerja sama dengan Satgas (Satuan Tugas) Penanganan Stunting di Kabupaten Garut, menggelar lokakarya untuk pendalaman serta penguatan strategi komunikasi perubahan prilaku yang digunakan untuk pencegahan stunting di Kabupaten Garut, yang bertempat di Ballroom Hotel Harmoni, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Kamis (25/3/2021). Kegiatan ini sendiri berlangsung selama 2 hari, yaitu Kamis (25/3/2021) sampai dengan Jumat (26/3/2021).

Kegiatan dibuka oleh Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kabupaten Garut, Suherman, yang turut memberi apresiasi terhadap kegiatan lokakarya ini dan berharap dapat membawa perubahan bagi Kabupaten Garut.

“Kami merasa bangga adanya kegiatan untuk sosialiasi penajaman sampai bagaimana agar kasus stunting tidak menjadi buruk. Mudah-mudahan kegiatan sosialisasi ini berjalan lancar, membawa hasil yang maksimal, sehingga mampu membawa perubahan di kabupaten garut,” ujar Suherman.



Ia juga turut menanggapi isu stunting diakibatkan oleh pola masyarakat sendiri, Ia memberi himbauan khususnya kepada para ibu yang memiliki peran besar dalam melahirkan generasi yang kuat.

“Apalagi saat ini merupakan program yang sangat mulia. Karena terus terang saja, stunting itu diakibatkan pola dan termasuk prilaku dia (masyarakat) sendiri. Terutama adalah, maaf kepada ibu dan kaum hawa, seharusnya betul-betul suplai makanan harus lebih (baik) dari bapa-bapa sebetulnya, karena itu kedepan akan melahirkan generas-generasi yang kuat,” ungkap Suherman.

Program Officer Yayasan Cipta, Rhiza Caesari memaparkan strategi komunikasi perubahan prilaku ini merupakan turunan dari strategi nasional, yang diadopsi oleh pemerintah Kabupaten Garut yang bertujuan untuk membedah komponen yang perlu diperkuat untuk diimplementasikan di Kabupaten Garut.



“Jadi untuk strategi komunikasi perubahan prilaku ini sebenarnya adalah turunan dari strategi nasional, yang kemudian diadopsi oleh pemerintah Kabupaten Garut, disesuaikan dengan kebutuhan lokal dengan prioritas isunya dan kita disini akan bersama-sama membedah lagi kra-kira komponen apa yang perlu diperkuat untuk implementasi kedepan,” papar Rhiza.

Lokakarya ini juga melibatkan dinas-dinas terkait yang berhubungan dengan usaha percepatan pencegahan stunting di Kabupaten Garut. Rhiza berharap masing-masing lintas sektor dinas-dinas terkait bisa lebih memahami peranan masing-masing dalam pencegahan stunting, karena stunting bukan hanya tanggung jawab Dinas Kesehatan (Dinkes)  tetapi juga lintas sektor, yang harus kolaboratif dalam pencegahan stunting.

“Sasarannya jadi ada lintas sektor di dinas-dinas terkait yang berhubungan dengan usaha percepatan pencegahan stunting di Kabupaten Garut," ucapnya.



Ia berharapa masing-masing lintas sektor dinas-dinas terkait yang hadir di pertemuan selama hari ini lebih memahami lagi terlebih Garut kini sudah memiliki strategi komunikasi, yang sebenarnya sudah baik dan bisa dilakukan penguatan untuk implementasi ke depan.

"Dan untuk masing-masing dinas untuk memahami porsinya masing-masing, maksudnya perannya masing-masing dalam pencegahan stunting, dan tentunya adalah karena stunting ini bukan hanya miliknya Dinkes atau miliknya orang kesehatan, tapi lintas sektor ini harus kolaboratif dalam pncegahan stunting,” sambung Rhiza.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kabid Kesmas) Dinkes Garut, dr. Tri Cahyo Nugroho juga mengungkapkan hal senada, bahwa dalam pencegahan stunting bukan hanya sektor kesehatan yang turun tangan, melainkan perlu adanya keterlibatan dari berbagai pihak di Kabupaten Garut.



“Dinas Kesehatan tidak sendiri tapi bekerja sama dengan semua SKPD yang terkait dengan stunting di Kabupaten Garut, yang tergabung dalam Satgas Stunting. Didalam Satgas Stunting itu ada dari Dinas Kesehatan, ada BAPPEDA, ada (Dinas) KB, Sosial, Ketahanan Pangan, Perikanan, Pertanian, terus DPMD. Semuanya bersama-sama melakukan intervensi untuk penurunan stunting dari berbagai sektor," ujar Tri.

Menurutnya, di Kabupaten Garut itu awalnya tinggi, tapi terjadi progres penurunan yang cepat. Berdasarkan data Riskesda (Riset Kesehatan Dasar) Prevalensi stunting di Kabupaten Garut Tahun 2013 mencapai 43,2 persen, kemudian di tahun 2018 turun menjadi 37,7 persen, sedangkan tahun 2019 mencapai sudah 27,03 persen, di bawah rata-rata nasional 27,4. Meskipun mengalami penurunan angka stunting, Kabupaten Garut masih harus tetap bekerja keras untuk bisa mencapai target zero stunting.

“Untuk target zero stunting kita belum masih harus bekerja keras, seperti apa yang disampaikan oleh Bapak Bupati, jadi ada progres penurunan yang bagus tapi untuk target zero stunting itu kita harus berusaha lebih keras lagi,” ucap dr. Tri.



Sementara itu, Ade Lukman (51) yang merupakan Kepala Desa Karangsari, Kecamatan Lewigoong dan juga peserta lokakarya mengungkapkan  dengan adanya kegiatan ini berarti menunjukkan adanya keseriusan dari Kabupaten Garut terhadap penanganan zero stunting.

“Saya sangat apresiasi, dengan adanya lokakarya ini berarti Garut ada keseriusan khususnya untuk penanganan zero stunting itu sendiri. Memudahkan juga akses ke bawahnya melalui dinas-dinas yang terkait. Jadi yang tadi dikatakan oleh kami, sarana-sarana itu yang tidak mampu oleh dana desa bisa tercover dan dialokasikan oleh dinas-dinas terkait,” pungkasnya.

www.garutkab.go.id

Dikelola oleh :
Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Garut
Jl. Pembangunan No. 181, Garut, 44151
Provinsi Jawa Barat

+62 262 4895000
[email protected]
[email protected]
DiskominfoGRT
DiskominfoGRT